oleh Al-Habib Munzir Almusawa
Ketika malam telah larut, alam fikiranku melayang mengembara kearah kegelapan
malam, fikiranku menerawang kesebuah kuburan yang kaku, gundukan tanah merah
yang dingin, perut bumi yang menjadi kediamanku kelak, didalamnya tak lain cacing
dan serangga pemakan bangkai, tubuhku yang tak mampu menepis binatang yang
menggerogotiku dan menjadikan tubuhku sarang dan tempat bertelur, alangkah tak
berdayanya tubuh ini, sahabatku meninggalkanku, anak istriku meninggalkanku,
orangtuaku meninggalkanku, semua orang yang kukenal melupakanku, mereka tak
mau ikut mati bersamaku, mereka tak mau tahu lagi apa yang menimpaku dikuburku,
mereka tak mau walau hanya menepiskan cacing yang menggerogoti tubuhku, mereka
tak perduli lagi tubuhku membusuk sedikit demi sedikit, hingga tubuhku hancur dan
berbau, hingga tubuhku menjadi tulang, lalu habis musnah menjadi tanah, kemana aku
akan pergi, ruhku akan melayang memenuhi panggilan Penciptaku.
Wahai Allah, tak ada selain Mu, Engkaulah yang akan menepiskan semua serangga
yang mendekati tubuhku, akan Kau jaga tubuhku yang masuk dalam perut Bumi,
Engkau mendengar jeritan hatiku yang merindukan Mu, maka dengarlah Wahai yang
menciptakan harapan, wahai yang menciptakan segala kerinduan, wahai yang
menciptakan keinginan untuk mengadu, kulontarkan kalimat yang kini hampir
memecahkan kalbuku,
Aku tak mempunyai selain Mu untuk mengadu, untuk menolong, untuk memberi, untuk
diharapkan, untuk bergerak, untuk bernafas, untuk berucap, untuk bersuara, untuk
mendengar, untuk melihat, untuk melangkah, untuk bergerak, untuk berfikir, untuk
makan, untuk minum, untuk tersenyum, untuk bergembira, untuk segala galanya,
selain Mu, semua yang kumiliki, dan yang tak kumilki adalah milik Mu, tubuhku milik
Mu, makananku milik Mu, semua yang kulihat milik Mu, semua yang kudengar Milik
Mu, semua yang kuuucapkan milik Mu, semua langkahku milik Mu, setiap nafasku milik
Mu, setiap detak jantungku milik Mu, perasaanku milik Mu, kerinduanku milik Mu,
harapanku milik Mu, kesedihanku milik Mu, kegembiraanku milik Mu, alangkah
indahnya wahai Rabb, Karena Engkau memilikiku, Engkau menggenggam diriku,
Engkau mengaturku, Engkau menjagaku, Engkau melindungiku, Engkau
mengayomiku, Engkau melimpahkan kelembutan Mu padaku, aku merindukan Mu
wahai Allah, Engkau memanggilku agar aku dekat kepada Mu wahai Allah..
Wahai yang menciptakan cinta kasih di seluruh kalbu hamba Nya, Engkau
menghendaki aku mencintai Mu wahai Allah.., wahai yang menciptakan lidah saling
menyebut nama nama hamba Nya, Engkau menghendaki aku menyebut nama Mu
wahai Allah, wahai yang menciptakan segala yang indah, keindahan yang terlihat dan
yang tak terlihat, keindahan yang terdengar dan tak terdengar, keindahan yang
terucapkan dan tak terucapkan, keindahan yang terasa dan tak dapat dirasa,
keindahan yang diketahui dan yang tak diketahui, keindahan yang tersaksikan dan
yang tersembunyi, semua keindahan itu berasal dari keindahan Mu wahai Allah, maka
betapa indahnya Engkau .., betapa lembutnya Engkau..Maka Wahai Pencipta Keindahan, Wahai Pencipta Kelembutan, Wahai Pencipta Kasih
sayang, sebagaimana Engkau perlihatkan keindahan yang ada pada makhluk Mu,
sebagaimana Engkau perlihatkan kelembutan yang ada pada makhluk Mu,
sebagaimana Engkau perlihatkan kasih sayang yang ada pada makhluk Mu, maka
perlihatkan padaku Keindahan Mu wahai Allah, perlihatkan kelembutan Mu wahai
Allah.., perlihatkan kasih sayang Mu wahai Allah, walau hanya berupa harapan, walau
hanya berupa sangkaan, walau hanya berupa khayalan, walau hanya berupa
kerinduan, walau hanya berupa keinginan, walau hanya berupa airmata, walau hanya
berupa pemberian, walau hanya berupa lamunan, walau hanya berupa kemudahan,
walau hanya berupa pertolongan, asalkan aku mengetahui bahwa itu datang dari
kelembutan Mu, datang dari kasih sayang Mu, datang dari keindahan Mu,
Alangkah kecewa hamba yang hanya memiliki harapan, hamba yang hanya memiliki
khayalan, hamba yang hanya memiliki lamunan, hamba yang hanya memiliki
kerinduan, hamba yang hanya ingin dekat, hamba yang hanya mendambakan
kelembutan, hamba yang hanya mendambakan ayoman, hamba yang hanya
mendambakan kasih sayang, sedangkan modal semua harapanku hanyalah airmata,
apakah ia harus dikecewakan oleh yang Maha tak mengecewakan, alangkah hancur
perasaannya kalau kerinduannya ditolak oleh yang Maha tak menolak kerinduan,
alangkah berkeping kepingnya kecintaannya, bila keinginannya untuk dekat tertolak
oleh yang Maha tak menolak hamba Nya yang ingin dekat, itu semua tak ada pada
dzat Mu, itu semua tak ada dalam sifat Mu, itu semua tak ada pada perbuatan Mu,
Apalagi yang membuatku tertolak sedangkan Engkau yang Maha menerima, apalagi
yang membuatku tersingkir sedangkan Engkau yang Maha merangkul, apalagi yang
membuatku terjauhkan, sedangkan Engkaulah yang maha mendekatkan, salahkah aku
merindukan Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan kerinduanku pada Mu,
salahkah aku menginginkan dekat pada Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan
keinginanku untuk dekat kepada Mu, salahkah aku merasa tenggelam dalam samudra
Kelembutan Mu, sedangkan Engkaulah yang menciptakan perasaa itu dihatiku.
Wahai Allah.., wahai yang menamakan diri Nya Allah, wahai yang menginginkan nama
Nya dipanggil Allah, wahai yang menginginkan lidahku memanggil Dzat Nya dengan
panggilan Allah, wahai yang menginginkan aku mengharapkan Nya dengan mengingat
nama Allah, wahai yang menciptakan lidahku bergetar menyebut Nama Allah, wahai
yang memberikan kemampuan pada jemariku menuliskan nama Allah.., maka dengan
kemauan Mu kusebut namamu Allah.., dengan keinginan Mu kurindukan Engkau
Allah.., dengan keinginan Mu aku ingin dekat kepada Mu wahai Allah,
Salahkah aku berkeinginan, salahkah aku merindukan, salahkah aku ingin dekat,
sedangkan semua getaran kalbuku itu adalah keinginan Mu wahai Allah, maka
sebagaimana Kau jadikan cacing merangkak tanpa tangan dan kaki, maka jadikan aku
merangkak kepadamu tanpa hambatan, sebagaimana Kau jadikan anjing najis
bertasbih mensucikan Mu, maka jadikan aku pendosa hina yang mendambakanmu,
sebagaimana kaujadikan air mengalir menjadi beku, maka jadikan harapanku mengalir
kearah Mu dan membeku dipintu Mu, sebagaimana Kau jadikan gunung batu menjadi
debu, maka jadikan seluruh kesalahanku menjadi debu dihadapan Keagungan Mu,
sebagaimana Kau jadikan bumi perkasa terinjak injak, maka jadikan hawa nafsuku injak kerinduanku kepada Mu, sebagaimana Kau jadikan Raja berwibawa
terkalahkan dan terhinakan, maka jadikan kesombonganku terhinakan oleh
kewibawaan Mu, sebagaimana kau jadikan sesuatu yang bergerak menjadi diam,
maka jadikan tubuhku yang bergerak berubah diam dari segala yang tak Kau ridhai,
sebagaimana kau jadikan semua yang ada menjadi fana, maka jadikanlah gunung
dosa ini fana dalam kelembutan Mu, sebagaimana kau jadikan yang tak mungkin
menjadi kepastian, maka Jadikan semua ketidak mungkinanku untuk dekat menjadi
janji kepastian.
21 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar