Rss
TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG, JANGAN LUPA KESINI LAGI WWW.AHMAD-SAHID.BLOGSPOT.COM BLOG RESMIAHMAD SAHID, Temukan Info info menarik di blog ini ya

4 Agustus 2010

Terus apanya yang salah?

oleh
 Abu sangkan



Terus apanya yang salah?
Mulailah saya bertanya dalam diri, apakah ada yang salah dalam ibadah saya? Saya
berpikir bahwa hanya diri saya yang mengalami kegelisahan tersebut namun ternyata
banyak keluhan serupa terlontar dari ikhwan-ikhwan yang juga ketat dalam menjaga
syariat.
Kalaulah saya tidak takut dosa mungkin saya akan mencari jalan lain untuk mendapatkan
kedamaian dan ketentraman. Saya juga mengintip apa yang dilakukan orang lain dalam
mencari kedamaian dan ketentraman. Dari sekian banyak yang saya temui melihat perilaku
orang lain dalam mencari solusi.
Tidak salah lagi kebathinan dan dunia klenik mistis perdukunan jadi pelabuhan jiwanya.
Sementara sebagian lagi terjebak oleh retorika ilmiah yang disajikan dengan memisahkan
tidak ada hubungannya dengan agama sama sekali., apalagi dengan dunia mantra-mantra.
Dalam hal ini saya tidak akan membahas mengenai bagaimana dan tidak akan membuka
perdebatan masalah apa yang dilakukan orang lain. Dari pergolakan jiwa saya yang
menggelegak itulah saya bertemu dengan H. Slamet Oetomo.
Lewat butiran mutiara nesehatnya itulah, saya mengambil kesimpulan bahwa tidak akan
pernah ada dan mampu manusia di kolong semesta ini untuk berIslam dengan ‘kaffah’,
kecuali mendapatkan karunia dan bimbingan Allah secara langsung.
Didalam renungan saya yang sangat mengherankan. Betapa tidak, sedikitpun saya tidak
pernah merencanakan benci atau marah terhadap seseorang yang menyinggung hati. Tapi
kenapa benci dan marah itu datang tanpa bisa saya cegah. Namun sebaliknya kenapa untuk
berbuat baik dan ikhlash harus memerlukan tenaga dan upaya yang sangat luar biasa.
Kenapa kebaikan tidak menjadi terasa ringan dan mudah sehingga tak terasa beban dalam
fikiran maupun perasaan. Rasa marah berganti senyum, rasa benci menjadi kasih sayang,
dari tidak khusyu’ menjadi khusyu’ dan seterusnya. Dan seharusnyalah sifat-sifat baik ini
mengalir seperti ilham yang menuntun perilaku kita.
Suatu malam, saya keluhkan hal ini kepada Allah tentang keletihan hati dan ketidak
mampuan untuk berbuat lebih banyak menjalankan syariat Islam. Saya pasrah dan mohon
bimbingan agar ditunjukkan kejalan yang diridhoi.
Selama ini kita dipaksa untuk percaya terhadap suatu keyakinan tanpa pernah memahami
mengapa kita harus meyakininya. Keadaan inilah yang menyebabkan keyakinan seseorang
akan mudah lepas dan selalu dalam keraguan.
Misalnya begini, si Ahmad memberitahu Salman bahwa gula itu rasanya manis. Berita
dari Ahmad ini adalah bentuk informasi yang memaksa Salman untuk percaya (wajibul
yakin) kemudian dilanjutkan untuk melakukan memakan gula tersebut dan apa yang
dikatakan oleh Ahmad ternyata benar bahwa gula yang baru saja dimakannya rasanya
benar-benar manis.
Pada tingkat ini pengetahuan Salman bertambah dari wajibul yakin menjadi ainul yakin
(merasakan sendiri) kemudian menjadi haqqul yakin, karena ia betul-betul mengalami secara langsung bukan sekedar katanya si Ahmad. Akan tetapi bahkan Salman sudah
sekaligus mengisbathkan (keyakinan yang tidak bisa diubahkan) kebenaran informasi
tersebut.
Sampai di sini, keyakinan Ahmad dan Salman tidak akan mampu lagi orang lain
mengubahnya walaupun dipenggal leher sekalipun. Nah…keyakinan seperti inilah yang kita
harapkan dalam beribadah kepada Allah serta mempercayai ayat-ayat sampai kepada
keadaan yang sebenarnya (hakikinya).
Dari hasil perbincangan dengan rekan-rekan yang tergabung dalam majlis dzikir ini,
banyak pengalaman yang telah mereka lalui. Apa yang mereka katakan hampir sama
dengan apa yang telah saya lakukan. Dan ternyata mereka juga mengalami hal yang sama
atas perubahan-perubahan dalam manisnya ibadah, sehingga berkembang memasuki
keadaan hakikat yang sebenarnya dari bentuk syariat yang dilakukan.
Anda tidak usah khawatir untuk memasuki dunia iman lantas takut sesat, tidak! Saya
justru hanya mengajak melakukan apa yang telah kita dapatkan, kalau sekiranya ada
amalan yang keluar dari dasar Islam maka anda mempunyai hak untuk menentukan keluar
dari majelis dzikir ini.
Banyak orang terjebak dalam menilai sesuatu. Kita digiring kepada persoalan yang sempit.
Kerohanian tidak banyak dikenal orang Islam lantaran takut sesat seperti Syekh Mansyur
Al Hallaj atau Syekh Siti Jennar yang terkenal dengan ajaran wihdatul wujud atau
manunggaling kawula gusti. Dua orang yang dianggap sesat, menghalangi kita untuk belajar
lebih dalam ilmu hakikat.
Padahal berapa ribu ulama yang tidak sesat dalam belajar menghayati ruhiyah Islamiyah
seperti Hujjatul Islam Imam Alghazaly, Imam Annafiri, Imam Syafi’i, Imam Hambali,
Imam Hanafi, para shahabat rasul, serta Sunan Bonang, Sunan Maulana Malik Ibrahim,
Sunan Kali Jaga yang merupakan guru Syekh Siti Jennar, dan seterusnya yang hidup
dengan ruhiyah Islamiyah.
Tapi mengapa kita hanya mempersoalkan kesesatan dua tokoh tersebut. Kenapa kita tidak
melihat ulama yang tidak sesat seperti yang disebutkan tadi. Ada sentimen apa sehingga
begitu gencarnya mengekspos sesat dan bid’ah terhadap yang sungguh-sungguh dalam
bermujahadah kepada Allah yang Maha Ghaib dan mengatakan belajar ilmu hakikat ini
divonis haram.
Dan yang perlu kita catat, kesesatan itu tidak hanya pada ilmu kerohanian saja. ilmu fiqih,
ilmu ekonomi, ilmu akunting dan ilmu komputer, atau ilmu apa saja dapat dibawa menuju
kesesatan. Kenapa anda tidak pernah takut untuk belajar ilmu akunting, padahal dengan
ilmu ini orang bisa menggunakannya untuk korupsi (maling) juga ilmu yang lainnya.
Semoga kita tidak terpengaruh oleh pendapat sempit yang ia tidak pernah memasuki atau
menghayati kedalaman Islam secara menghujam hingga ke lubuk hati.
Akibatnya kita menjadi korban atas pemberitaan yang tidak seimbang. Islam yang kita
lakukan sekarang menjadi setengah hati, tidak sampai menghunjam ke dalam akar iman
yang sebenarnya. Kita tidak pernah lagi mendengar suara hati kita terharu ketika
berhadapan dengan Allah.  Apakah hati kita berguncang keras tatkala asma Allah disebutkan berkali kali?
Ketakutan kita terhadap pemahaman tasawuf, yang menurut prasangkaan kita akan
tersesat seperti Syekh Mansyur Al Hallaj atau Syekh Siti Jennar, telah membuat asma
Allah tidak lagi mampu menyejukkan dan menggetarkan jiwa. Padahal keadaan itu
merupakan tanda-tanda keimanan seseorang.
Untuk itulah, agar kita tidak terjebak dalam pemahaman sesat seperti di atas, agaknya
kita perlu menengok perjalanan sejarah pengalaman para nabi dan rasul dalam merentas
jalan keruhanian menuju lautan cinta dan kasih sayang Allah SWT.
"Ya Allah, Ajari Kami Ingat Kepada-Mu, Bersyukur & Khusyu' Beribadah"

0 komentar: