Rss
TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG, JANGAN LUPA KESINI LAGI WWW.AHMAD-SAHID.BLOGSPOT.COM BLOG RESMIAHMAD SAHID, Temukan Info info menarik di blog ini ya

5 Agustus 2010

Makna Syariat

oleh Abu sangkan
Dalam makna syariat, umat Islam sering terjebak dalam pengertian sempit sehingga tak
jarang kehilangan substansinya. Dan akibatnya, mereka hanya melakukan ibadah
seremonial dan tidak mendapatkan sesuatu yang berharga yakni pembuka jalan menuju
"kebenaran syariat".
Sikap terhadap shalat misalnya, betapa banyak nilai penghayatan dan kekhusyu’an yang
terabaikan. Shalat bukan lagi sebagai kebutuhan dialog dan memohon petunjuk tetapi
telah berubah sebagai kewajiban yang harus dipenuhi dengan berbagai macam larangan
dan ancaman yang mengerikan. Sehingga terasa sekali muncul ketidaknyamanan dalam
setiap melakukan syariat Islam. Hal ini tidak ubahnya tawanan perang yang harus
memenuhi kewajiban membayar upeti seraya terbayang betapa kejamnya sang penguasa.
Belum lagi dalam melaksanakan petunjuk Al Qur’an yang terasa dikejar target syarat
sahnya syariat selain hitung-hitungan amal, dan jarang mengarah pada pemahaman akan
fungsi syariat itu sendiri. Setiap syariat (aturan Allah) merupakan jalan dengan segala
rambu-rambunya menuju hikmah yang dikandung di dalam teks dan praktek secara
sempurna, serta pembuka tabir dibalik "firman".
Syariat bukan hanya untuk dibaca dan disucikan tanpa menyentuh isi tujuan yang dibaca,
seperti tercantum dalam surat Al Alaq 1-5 : "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah ! dan Tuhanmu yang paling
pemurah. Yang telah mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia telah mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya".
Memang, Al Qur’an adalah firman Allah yang disucikan sehingga memegangpun harus suci
dari hadast, namun hal ini bukan berarti haram bagi manusia untuk memahami sesuai
dengan kadar pemikiran dan pemahamannya. Sebab Al Qur’an itu diturunkan sebagai
petunjuk manusia dan semesta alam.
Sikap jumud (pendek akal) ini pun pernah diprotes RA Kartini pada gurunya, KH Sholeh
Darat, ketika ia mengusulkan agar Al Qur’an itu diterjemahkan. Saat itu, ia merenungkan
kondisi bangsa Indonesia yang mengalami kemunduran pemikiran. Bagi Kartini, Al Qur’an
yang begitu agung tidak hanya bacaan suci yang berpahala dan pengobat hati saja, namun
ia merupakan petunjuk hidup di dunia maupun di akhirat. Menurutnya, andai Al Qur’an
sudah diterjemahkan waktu itu, insya Allah bangsa Indonesia akan sadar pada
integritasnya sehingga tidak akan mau menjadi budak Belanda.
Kata "iqra" merupakan jendela untuk melihat kehidupan alam semesta yang luar biasa
luasnya. Ayat ini menyiratkan makna, betapa Al Qur’an membuka cakrawala dunia ilmu
(pengetahuan) yang dapat digali melalui kata ‘baca’. Sejarah dunia pun mengakui bahwa
pada abad ke tujuh Islam telah mengalami masa kejayaan dan peradaban yang pesat.
Islam telah berhasil mengembangkan khazanah landasan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga sampai abad ke tiga belasdilakukan secara terus-menerus penggalian dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang kelak dijadikan landasan ilmu pengetahuan modern.


Bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh barat yang baru
dimulai pada permulaan abad 15 sampai sekarang.
Dengan bersyariat secara benar, Islam mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
secara pesat. Dengan meningkatnya pengetahuan, kita mengenal sifat dan perilaku alam,
gejala-gejala alamiah yang komplek atau musykil dapat kita terangkan dan uraikan
menjadi gejala-gejala yang lebih sederhana yang mudah kita ketahui.
Dari sini muncul teori untuk menerangkan suatu gejala, ataupun teori yang disusun untuk
meramalkan gejala yang akan terjadi bila diadakan suatu percobaan tertentu dalam
laboratorium. Kemudian dilakukan eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori.
Begitu seterusnya, hingga sains natural tumbuh dan berkembang terus dari hasil
serangkaian kegiatan kaji-mengkaji secara struktural dan sistimatis silih berganti
(disebut intizhar). Hal tersebut hanya dapat terjadi dalam suatu generasi yang begitu
gigihnya melakukan intizhar (penelitian) atas dasar keislaman yang terkandung dalam Al
Qur’an.
Dan bukan dengan cara disucikan dalam makna yang keliru sehingga muncul kerancuan ilmu
pengetahuan yang diakibatkan oleh penyampaian tentang Islam yang tidak Islami.
Akibatnya bisa kita lihat dan rasakan sekarang bagaimana kebanyakan orang menganggap
belajar fisika, biologi, kimia dan ekonomi bukan ilmu islam. Mereka anti pati dengan ilmu
dunia yang dianggap bukan berasal dari Al Qur’an, dan mereka hanya kenal tentang islam
sebagai musabaqoh Al Qur’an, haji, zakat, dan shalawat nabi serta upacara-upacara
seremonial, berikut segala larangan dan ancaman, amalan dan ganjaran, tidak lebih dari
itu, dan selain itu ditolak habis.
Para cendekiawan barat mengakui bahwa Jabir Ibnu Hayyan (721-815) adalah orang
pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan penelitiannya di bidang alkemi
yang kemudian oleh ilmuan barat diambil alih serta dikembangkan menjadi apa yang kita
kenal sekarang sebagai ilmu kimia. Sebab Jabir yang namanya dilatinkan menjadi Geber
adalah orang yang telah melakukan intizhar dan merupakan orang pertama yang
mendirikan suatu bengkel dan mempergunakan tungku untuk mengolah mineral-mineral
dan mengekstraksi menjadi zat-zat kimia dan mengklasifikasi-kannya.
Di dalam sejarah ilmu pengetahuan yang ditulis oleh sarjana Eropa disebutkan bahwa
Mohammad Ibnu Zakaria ar-rozi (865-925) telah menggunakan alat-alat khusus untuk
melakukan proses-proses yang lazim dilakukan ahli kimia seperti distilasi, kristalisasi,
kalsinasi dan sebagainya. Buku Ar-rozi, yang namanya dilatinkan menjadi Razes, dianggap
sebagai manual atau buku pegangan laboratorium kimia yang pertama di dunia, dan
dipergunakan oleh para sarjana barat, yang baru berabad-abad kemudian mempelajari
sains yang telah dikembangkan oleh umat islam, di universitas-universitas islam di Toledo
dan Cordoba, Spanyol.
Terlalu banyak ilmuwan islam dan karya mereka untuk disebutkan pada kesempatan ini,
dan begitu dalam pula pengaruh terhadap karya tokoh-tokoh ilmiah itu di Eropa dalam hal
perkembangan ilmu pengetahuan hingga masih dirasakan berabad-abad kemudian.
Apakah sebabnya pada masa dahulu umat islam giat sekali mengembangkan islam secara
mendalam baik dalam bidang hukum, filsafat, sains, maupun tasawuf. Namun sebaliknya
apakah yang kita lihat dan rasakan pada masa sekarang di abad ke dua puluh satu ini?


Di pesantren-pesantren serta perpuskaan-perpustakaan islam hanyalah tersisa berupa
kitab lusuh klasik yang "dikeramatkan" dan "dikomersilkan" seperti imriti matan,
jurumiah, bulughul marom, madzahibul arba’ah yang kesemuanya itu pelajaran-pelajaran
tata bahasa arab belaka serta ilmu-ilmu fiqih yang sudah dipatenkan. Pintu ijtihad sudah
ditutup !!
Sesungguhnya di dalam Al Qur’an banyak diperoleh ayat yang mendorong umat islam
untuk melakukan intizhar dan menggunakan akal pikiran seperti tercantum dalam ayat 101
surat Yunus memerintahkan : "Katakanlah (hai Muhammad) perhatikanlah dengan
intizhar/nazar apa-apa yang ada di langit dan di bumi". Bahkan dalam ayat 17-20 surat Al
Ghasiyah dipertanyakan : "Maka apakah mereka tidak melakukan intizhar dan
memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan. Dan langit bagaimana ia ditinggikan. Dan
gunung bagaimana ia didirikan. Dan bumi bagaimana ia dibentangkan. Maka berikanlah
peringatan karena engkaulah pemberi peringatan".
Penggunaan akal pikiran untuk dapat mengungkapkan tanda-tanda kekuasaan dan
kebesaran Allah ditegaskan dalam surat An-Nahl 11 : "Dia menumbuhkan bagimu dengan
air hujan itu, tanaman zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya yang demikian itu merupakan ayat-ayat Allah (tanda-tanda kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang berfikir."
Yang kemudian dilanjutkan dalam ayat 12 : "Dan Dia menundukkan malam dan siang,
matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya dalam gejala-gejala itu terdapat ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang
menggu- nakan akal"
Sebenarnya didalam ayat ini tercantum juga ungkapan bahwa Allah menundukkan dan
mengatur perilaku matahari, bintang, dan bulan dengan perintah-Nya. Peraturan Allah
inilah yang diikuti oleh seluruh alam semesta beserta isinya, bagaimana ia harus
bertingkah laku. Yang kemudian oleh manusia disebut sebagai hukum alam, atau peraturan
yang diikuti oleh alam.
Lebih jelas lagi kita baca surat Fushilat ayat 11 : "Kemudian dia mengarah kepada langit
yang masih berupa kabut lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi :"Silahkan kalian
mengikuti peritah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Jawab mereka :"Kami mengikuti
dengan suka hati".
Ayat ini membuktikan bahwa alam taat mengikuti segala peritah dan peraturan sang
pencipta, termasuk apa yang disebut alam pada diri manusia (mikrokosmos), termasuk
segala yang ada dalam tubuh kita seperti detak jantung, darah mengalir menghantarkan
nutrisi ke seluruh jaringan tubuh, nafas menghembus tanpa kita perintahkan yang
semuanya bergerak diluar kehendak kita.
Semua serba teratur dan tunduk patuh kepada peraturan-peraturan yang ditetapkan,
mereka bekerja dalam ketetapan dan fungsinya masing-masing. Namun demikian manusia
tetaplah manusia yang selalu saja tidak pernah bersukur dan menyadari bahwa semua itu
adalah karunia Allah yang maha pemurah, dan tetap saja kebanyakan manusia mengingkari
hal itu semua sebagai rahmat-Nya. Walaupun seluruh instrumen tubuh manusia itu
sesungguhnya ikut dalam peraturan islam yang merupakan ketetapan Allah.

0 komentar: