أَنَّ رَسُولَ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ قَالَ : صَلَّى بِنَا، النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِشَاءَ، فِي آخِرِ حَيَاتِهِ، فَلَمَّا سَلَّمَ، قَامَ فَقَالَ أَرَأَيْتَكُمْ لَيْلَتَكُمْ هَذِهِ، فَإِنَّ رَأْسَ مِائَةِ سَنَةٍ مِنْهَا، لَا يَبْقَى مِمَّنْ هُوَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ أَحَدٌ
(صحيح البخاري)Sungguh Abdullah bin Umar ra berkata :
Nabi saw mengimami kami shalat Isya yang terakhir dalam hidup beliau saw, ketika selesai shalat, beliau saw berdiri dan bersabda: “Kalian lihatkan malam kalian ini?, maka sungguh 100 tahun yang akan datang, tak tersisa satupun di daratan bumi” (Shahih Bukhari)
Nabi saw mengimami kami shalat Isya yang terakhir dalam hidup beliau saw, ketika selesai shalat, beliau saw berdiri dan bersabda: “Kalian lihatkan malam kalian ini?, maka sungguh 100 tahun yang akan datang, tak tersisa satupun di daratan bumi” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmtullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ، اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَ الْجَمْعِ اْلعَظِيْمِ
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Maha Penguasa tunggal dan Maha membangkitkan keluhuran pada jiwa hamba-hambaNya untuk mencapai keluhuran yang lebih luhur, meninggalkan kehinaan menuju kemuliaan, meninggalkan kemuliaan menuju kemuliaan yang lebih mulia lagi, terus menuju gerbang-gerbang keluhuran Ilahi di dalam kenikmatan dan di dalam kesusahan, di dalam siang ataupun malam, dalam segala keadaan gerbang kedekatan kepada Allah selalu terbuka dari Al Qariib ( Yang Maha dekat ), sebagaimana firmanNya:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
( البقرة : 186 )
“ Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku menjawab permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi seruan Ku dan hendaklah mereka beriman kepada Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran ”. ( QS. Al Baqarah: 186 )
Sungguh Allah Maha dekat, Maha cepat menjawab dan mendekatkan Dzat Nya kepada hamba yang ingin mendekat kepada Nya dengan kedekatan yang cepat dan dahsyat. Diriwayatkan didalam riwayat yang shahih: “ Bahwa pengampunan Allah itu datang secepat hambaNya beristighfar atau bertobat ”, secepat itulah pengampunan Allah muncul. Jika seorang hamba berbuat dosa, dan dalam kesempatan itu ia langsung menyesal dan menangis, merintih dan memohon maaf, maka secepat itulah pengampunan Allah datang.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Aku dan kalian dimana siang dan malam tiada henti-hentinya berlumur dosa, jatuh dalam hal-hal yang makruh, hal yang syubhat atau yang haram, semoga Allah subhanahu wata’al selalu mengikis dosa-dosa kita dan menghapusnya sepanjang siang dan malam, dan kita memohon kepada Allah agar pengampunanNya terus mengikuti setiap nafas kita di dalam kesalahan dan dosa-dosa kita, karena tiada sesuatu yang lebih menghalangi kita dari kelembutan Ilahi melebihi dosa, hanya dosalah yang merupakan hijab yang menutup hamba dari penciptaNya hingga ia tersulitkan untuk rindu kepada Allah. Namun ketika sudah muncul keinginan bertobat, menyesal dan merasa hina karena telah berbuat dosa, maka di saat itu Allah membuka pintu cahaya di dalam jiwanya , maka ia pun bergetar ingin mendekat kepada Yang Maha Suci, ia ingin suci dan tidak ingin hina, ia ingin mulia dan tidak ingin nista, ia ingin dekat dengan Rabbul ‘alamin dan rindu ingin berjumpa dengan Yang Maha Indah. Dimana ketika Nabiyullah Musa merintih, dalam firmanNya:
Aku dan kalian dimana siang dan malam tiada henti-hentinya berlumur dosa, jatuh dalam hal-hal yang makruh, hal yang syubhat atau yang haram, semoga Allah subhanahu wata’al selalu mengikis dosa-dosa kita dan menghapusnya sepanjang siang dan malam, dan kita memohon kepada Allah agar pengampunanNya terus mengikuti setiap nafas kita di dalam kesalahan dan dosa-dosa kita, karena tiada sesuatu yang lebih menghalangi kita dari kelembutan Ilahi melebihi dosa, hanya dosalah yang merupakan hijab yang menutup hamba dari penciptaNya hingga ia tersulitkan untuk rindu kepada Allah. Namun ketika sudah muncul keinginan bertobat, menyesal dan merasa hina karena telah berbuat dosa, maka di saat itu Allah membuka pintu cahaya di dalam jiwanya , maka ia pun bergetar ingin mendekat kepada Yang Maha Suci, ia ingin suci dan tidak ingin hina, ia ingin mulia dan tidak ingin nista, ia ingin dekat dengan Rabbul ‘alamin dan rindu ingin berjumpa dengan Yang Maha Indah. Dimana ketika Nabiyullah Musa merintih, dalam firmanNya:
رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ
( الأعراف : 143 )
“ Ya tuhanku, tampakkanlah (diriMu) kepadaku agar aku dapat melihatMu”. ( QS. Al A’raf: 143)
Allah menjawab dengan firmanNya:
قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِين
( الأعراف: 143 )
“ Allah berfirman: engkau tidak akan ( sanggup ) melihatKu, namun lihatlah ke gunung itu jika ia tetap di tempatnya niscaya engkau dapat melihatKu, maka ketika tuhannya menampakkan (keagunganNya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan ”. ( QS. Al A’raf: 143 )
Firman Allah: “ Sungguh engkau tidak akan mampu melihatKu ”, maksudnya adalah penglihatan nabi Musa tidak akan mampu Allah. Ketika Allah membuka tabir cahaya kewibawaanNya kepada gunung, maka gunung itu hancur lebur dan tidak lagi terlihat. Diriwayatkan di dalam tafsir Imam Ibn Katsir, tafsir Imam thabari, tafsir Imam Qurthubi dan lainnya, bahwa keadaan gunung yang demikian tinggi dan besar itu, ketika Allah menunjukkan cahaya kewibawaanNya maka tiba-tiba gunung itu terpendam ke dalam bumi. Dan bahwa gunung itu tidak muncul lagi hingga hari kiamat karena takutnya dari cahaya kewibawaan Rabbul ‘alamin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Diriwayatkan di dalam tafsir Imam Ibn Katsir bahwa Allah menutup dzatNya dengan 70.000 tabir, dan setiap tabir itu adalah paduan dari cahaya, kegelapan dan air. Ketiga komponen itu, air, cahaya, dan kegelapan itu dipadu menjadi satu tabir yang demikian dahsyat, dan terdapat 70.000 tabir yang menutup antara makhluk dan Sang Khaliq, dijelaskan oleh Al Imam Ibn Katsir menukil salah satu riwayat yang shahih, bahwa apabila manusia mendengar suara gemuruh air yang menjadi salah satu tabir yang menutup makhluk dengan Allah maka hatinya akan lepas dan terlempar dari tubuhnya karena takut mendengar dahsyatnya gemuruh air dari salah satu 70.000 tabir yang membentengi antara makhluk dengan Allah. Diriwayatkan dalam riwayat yang tsiqah bahwa jika tabir itu terbuka satu saja dan tersingkaplah sedikit cahaya Rabbul ‘alamin kepada gunung maka gunung itu lebur tidak tersisa dan tidak akan muncul lagi hingga hari kiamat. Dan dalam riwayat lain gunung itu hancur menjadi debu karena takutnya dari kewibawaan Ilahi, maka ketika itu robohlah nabiyullah Musa ‘alaihissalam.
Diriwayatkan di dalam tafsir Imam Ibn Katsir bahwa Allah menutup dzatNya dengan 70.000 tabir, dan setiap tabir itu adalah paduan dari cahaya, kegelapan dan air. Ketiga komponen itu, air, cahaya, dan kegelapan itu dipadu menjadi satu tabir yang demikian dahsyat, dan terdapat 70.000 tabir yang menutup antara makhluk dan Sang Khaliq, dijelaskan oleh Al Imam Ibn Katsir menukil salah satu riwayat yang shahih, bahwa apabila manusia mendengar suara gemuruh air yang menjadi salah satu tabir yang menutup makhluk dengan Allah maka hatinya akan lepas dan terlempar dari tubuhnya karena takut mendengar dahsyatnya gemuruh air dari salah satu 70.000 tabir yang membentengi antara makhluk dengan Allah. Diriwayatkan dalam riwayat yang tsiqah bahwa jika tabir itu terbuka satu saja dan tersingkaplah sedikit cahaya Rabbul ‘alamin kepada gunung maka gunung itu lebur tidak tersisa dan tidak akan muncul lagi hingga hari kiamat. Dan dalam riwayat lain gunung itu hancur menjadi debu karena takutnya dari kewibawaan Ilahi, maka ketika itu robohlah nabiyullah Musa ‘alaihissalam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Demikianlah cahaya keagungan Ilahi yang tertup dengan tabir air, cahaya dan kegelapan. Air, cahaya dan kegelapan itu berpadu dan tidak bisa terbayangkan bagaimana dahsyatnya. Diriwayatkan oleh Al Imam At Тhabari dalam menafsirkan ayat ini bahwa ketika nabiyullah Musa meminta untuk melihat Allah maka Allah berfirman : “ Wahai Musa engkau tidak akan melihatKu bahkan melihat pasukan-pasukanKu pun engkau tidak akan mampu ”, maka Allah perlihatkan para tentaraNya di bumi dan berdatanganlah seluruh halilintar yang berada di bumi, seluruh awan hitam dan seluruh malaikat yang ada di bumi mengelilingi nabiyullah Musa dan bertakbir dan bertasbih, yang mana takbir dan tasbih mereka lebih dahsyat dari gemuruhnya ombak yang besar, kemudian Allah memerintahkan malaikat yang di langit pertama untuk turun dan diperlihatkan kepada Nabiyullah Musa, maka nabi Musa as melihat para malaikat yang demikian besar dan dahsyat dengan bentuk-bentuk yang belum pernah dilihat, dengan warna warni yang belum pernah terlihat mereka bergemuruh dengan takbir dan tasbih mengagungkan nama Allah, dan suara satu dari mereka lebih dahsyat dari gemuruhnya guntur dan jumlah mereka yang demikian banyak mengelilingi nabiyullah Musa As. Maka Allah perintahkan malaikat yang berada di langit kedua untuk turun dan diperlihatkan kepada nabiyullah Musa, demikian pula malaikat yang ada di langit ketiga, keempat, kelima dan keenam turun untuk menghadap Nabi Musa As yang sudah tidak mampu lagi berdiri, sehingga ia roboh berdiri dengan lututnya, dan ia menyesal karena telah meminta untuk melihat Allah dan ia pun jatuh dan terduduk, maka Jibril As berkata : “ Bertahanlah wahai Musa, karena kau akan melihat yang lebih dahsyat dari hal ini sebgaimana permintaanmu ”, maka nabiyullah Musa pun merapatkan tubuhnya di dinding pegunungan seraya berkata : “ Wahai tuhanku, aku tidak berani berbuat apa-apa, jika aku diam niscaya aku akan mati karena ketakutan dan kerisauan, dan jika aku bergerak maka aku akan terbentur dengan triliyunan malaikatMu yang sedang mengelilingiku ”, maka disaat itulah Allah membuka langit ketujuh dan membuka salah satu dari 70.000 tabir yang menutupNya dengan makhlukNya, kemudian diperlihatkan kepada gunung maka gunung itu terpendam kedalam bumi dan tiada akan muncul lagi hingga hari kiamat.
Demikianlah cahaya keagungan Ilahi yang tertup dengan tabir air, cahaya dan kegelapan. Air, cahaya dan kegelapan itu berpadu dan tidak bisa terbayangkan bagaimana dahsyatnya. Diriwayatkan oleh Al Imam At Тhabari dalam menafsirkan ayat ini bahwa ketika nabiyullah Musa meminta untuk melihat Allah maka Allah berfirman : “ Wahai Musa engkau tidak akan melihatKu bahkan melihat pasukan-pasukanKu pun engkau tidak akan mampu ”, maka Allah perlihatkan para tentaraNya di bumi dan berdatanganlah seluruh halilintar yang berada di bumi, seluruh awan hitam dan seluruh malaikat yang ada di bumi mengelilingi nabiyullah Musa dan bertakbir dan bertasbih, yang mana takbir dan tasbih mereka lebih dahsyat dari gemuruhnya ombak yang besar, kemudian Allah memerintahkan malaikat yang di langit pertama untuk turun dan diperlihatkan kepada Nabiyullah Musa, maka nabi Musa as melihat para malaikat yang demikian besar dan dahsyat dengan bentuk-bentuk yang belum pernah dilihat, dengan warna warni yang belum pernah terlihat mereka bergemuruh dengan takbir dan tasbih mengagungkan nama Allah, dan suara satu dari mereka lebih dahsyat dari gemuruhnya guntur dan jumlah mereka yang demikian banyak mengelilingi nabiyullah Musa As. Maka Allah perintahkan malaikat yang berada di langit kedua untuk turun dan diperlihatkan kepada nabiyullah Musa, demikian pula malaikat yang ada di langit ketiga, keempat, kelima dan keenam turun untuk menghadap Nabi Musa As yang sudah tidak mampu lagi berdiri, sehingga ia roboh berdiri dengan lututnya, dan ia menyesal karena telah meminta untuk melihat Allah dan ia pun jatuh dan terduduk, maka Jibril As berkata : “ Bertahanlah wahai Musa, karena kau akan melihat yang lebih dahsyat dari hal ini sebgaimana permintaanmu ”, maka nabiyullah Musa pun merapatkan tubuhnya di dinding pegunungan seraya berkata : “ Wahai tuhanku, aku tidak berani berbuat apa-apa, jika aku diam niscaya aku akan mati karena ketakutan dan kerisauan, dan jika aku bergerak maka aku akan terbentur dengan triliyunan malaikatMu yang sedang mengelilingiku ”, maka disaat itulah Allah membuka langit ketujuh dan membuka salah satu dari 70.000 tabir yang menutupNya dengan makhlukNya, kemudian diperlihatkan kepada gunung maka gunung itu terpendam kedalam bumi dan tiada akan muncul lagi hingga hari kiamat.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Rahasia kewibawaan Ilahi Yang Maha menguasai seluruh jagad raya, Dia Allah subhanahu wata’ala Yang Maha mengenalkan dzatNya, Maha Pengampun, Maha dekat, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Maha berwibawa dan Maha berkuasa Yang berfirman:
Rahasia kewibawaan Ilahi Yang Maha menguasai seluruh jagad raya, Dia Allah subhanahu wata’ala Yang Maha mengenalkan dzatNya, Maha Pengampun, Maha dekat, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Maha berwibawa dan Maha berkuasa Yang berfirman:
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآَمَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
( النساء : 147 )
“ Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha berterimakasih lagi Maha Mengetahui ”. ( QS. An Nisa’: 147 )
Sungguh Allah Maha berterima kasih dan Maha mengetahui perbuatan kita dan getaran pemikiran kita, dan Allah Maha berterima kasih dan membalas setiap kebaikan kita dengan sepuluh kali lebih besar dari kebaikannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda riwayat Shahih Al Bukhari :
مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ
( صحيح البخاري )
“ Barangsiapa yang (peduli) terhadap kebutuhan saudaranya, maka Allah ( peduli ) pada hajatnya ”. ( Shahih Al Bukhari )
Hadirin hadirat, jika hajat ( kebutuhan ) orang lain kita pedulikan maka Allah akan peduli kepada hajat kita dan terlebih lagi jika kita peduli pada hajat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, apa hajat beliau?, Hajat beliau adalah tersebar luasnya dakwah beliau, dan banyak cara untuk menyebarkannya, mungkin dengan ucapan, perbuatan, internet, SMS, email, surat, harta, jabatan, bahkan dengan doa dan munajat. Hadirin hadirat, berkhidmahlah untuk hajat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka siang dan malam Allah subhanahu wata’ala akan menyelasaikan segala hajat kita . Rabbi, jadikanlah kami selalu berkhidmah kepada nabi yang paling Engkau cintai, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat, terbuka segenap hijab di malam Isra’ dan Mi’raj untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika 70.000 tabir dibuka maka Jibril pun mundur seraya berkata : “ Aku tidak akan melanjutkan lagi, jika aku melanjutkannya maka aku akan terbakar oleh cahaya Allah”, maka Allah subhanahu wata’ala membuka 70.000 tabir itu hingga sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berhadapan dengan Allah. Allah subhanahu wata’ala yg berfirman:
ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى ، فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى
( النجم : 8-9 )
“ kemudian dia mendekat (pada Muhammad), lalu bertambah dekat, sehingga jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat (lagi) ”. ( QS. An Najm: 8-9 )
Saat itu nabi Muhammad sangat dekat dengan Allah, sebgaiamana dijelaskan di dalam kitab As Syifaa oleh hujjatul islam wabarakatul anam Al Imam Qadhi ‘Iyadh Ar (Ar : alaihi rahmtaullah : semoga baginya Rahmat Allah), bahwa Allah subhanahu wata’ala befirman kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika ketika Rasulullah melihat langit pertama yang begitu dahsyat dengan gemuruh para malaikat yang bertasbih kepada Allah, demikian pula di langit kedua, ketiga, dan seterusnya, nabi berjumpa dengan para rasul dan para malaikat dan disetiap langit disambut oleh para malaikat, maka sampailah ke muntaha al khalaiq, yang batas itu tidak bisa ditembus, tetapi beliau menembusnya dan disaat itu hilanglah semua suara, dan segala bentuk pemandangan, dan disaat itulah nabi Muhammad berhadapan dengan Rabbul ‘alamin Allah subhanahu wata’ala, dan nabi saw mendengar suara yang sangat berwibawa namun penuh dengan kelembutan : “ mendekatlah wahai Muhammad dan singkirkan ketakutanmu wahai Muhammad ”, maka beliau bersujud dan mengucapkan kalimat:
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّه
Kemuliaan, kesucian, keluhuran, keberkahan, milik Allah, dan beliau saw pun mendengarkan jawaban Allah :
السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
“ Salam sejahtera, serta rahmat dan keberkahan Allah untukmu wahai nabi ”
Allah bersalam kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan nabi menjawab:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
“ Salam sejahtera untuk kami, dan para hamba yang shalih ( nabi dan para malaikat )”.
Rasul membawa seluruh nama malaikat dan nama ummatnya untuk mendapatkan dan termuliakan dengan salam Allah kepada beliau, Rasul membagikan salam itu kepada seluruh nabi, rasul, malaikat dan ummatnya dengan jawaban : “ salam sejahtera untuk kami ( bukan untukku semata) dan para hamba Allah yang shalih ”, semua dibawa oleh Rasul didalam keagungan salam Allah subhanahu wata’ala, oleh sebab itulah sudah sepantasnya kita selalu bersalam kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka shalawat dan salam kepada nabi Muhammad saw merupakan rukun didalam shalat. Ucapan yang kita ucapkan didalam tahiyyat itu adalah rahasia kemuliaan mi’raj disaat terbukanya 70.000 tabir, Rasul berhadapan dengan Allah. Ucapan yang diucapkan antara Allah dan RasulNya itulah yang selalu kita ulang-ulang disaat kita shalat, betapa agungnya shalat itu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
( النساء: 134 )
“ Barangsiapa menghendaki pahala di dunia, maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirah, dan Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat ”. ( QS. An Nisa’: 134 )
Barangsiapa yang menginginkan balasan di dunia atas amalan pahalanya, ia ingin kesuksesan di dunia, ia ingin kemakmuran dan kebahagiaan di dunia, Allah mengatakan agar niatnya disempurnakan karena sungguh Allah memiliki balasan di dunia dan di akhirah. Jadi, orang-orang yang beramal shalih yang mengikuti tuntunan sang pembawa keluhuran dari Yang Maha Luhur maka ia akan mendapatkan balasan kemuliaan di dunia dan di akhirah, demikian janji Rabbul ‘alamin. Namun ajakan-ajakan syaitan itulah yang membuat kita terjauhkan dari keluhuran, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
( البقرة:268 )
“Syaitan itu menjanjikan ( menuntun pada ) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji ( kikir ), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia Nya kepadamu, dan Allah Maha Luas lagi Maha mengetahui ”. ( QS.Al Baqarah: 268 )
Sungguh syaitan selalu mengajak dan menuntun kepada kesusahan dan kefakiran, orang sudah susah ingin dijadikan lebih susah lagi oleh syaitan, dan syaitan juga selalu mengajak kepada kejahatan. Meskipun kau sudah terjebak oleh ajakan syaitan, tetapi Allah tetap mengajakmu kepada anugerah-anugerah dan pengampunan di sisiNya, dan Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui. Maha Luas pemberianNya dan Maha mengetahui kebutuhan hamba-hambaNya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Pada hakikatnya kekayaan dan kemiskinan bukanlah ukuran senang dan susah, bukanlah ukuran kenikmatan dan kesengsaraan, karena apa?, karena jika Allah subhanahu wata’ala mencabut kenikmatannya maka si pemilik harta itu akan merasa lebih susah dari orang yang miskin, banyak orang-orang yang kekayaannya dan hartanya berlimpah ruah tetapi ia sakit tidak bisa makan ini dan itu. Rumahnya, mobilnya, kantornya semua ber AC, tetapi ia tidak boleh menikmati makanan yang enak-enak, makan daging tidak boleh, makanan ini dan itu tidak boleh, makanan yang manis-manis tidak boleh, harus selalu makan yang pahit-pahit, maka ia akan iri dengan para petani atau para kuli, karena mereka sesukanya bisa makan nasi tiga kali sehari sebanyak-banyaknya dengan semua lauk yang di inginkan karena dia tidak sakit apa-apa, maka ia akan iri pada petani atau kuli itu dengan makanan-makanannya tetapi ia tidak boleh menyentuh dan memakannya karena takut gula darahnya akan naik, kolesterolnya naik dan lain sebagainya, ia seperti di penjara padahal ia dalam kekayaan, namun orang yang susah melihat orang kaya dengan pikirannya : “enak sekali ia tidak kepanasan di pagi, siang, sore atau malam, selalu sejuk dengan AC sedangkan kita selalu kepanasan, malam diserang nyamuk, siang diserang lalat terus kita dalam kesusahan ”, padahal kesemuanya dalam kesusahan jika tidak diberi kenikmatan oleh Allah, tetapi jika Allah memberi kenikmatan maka orang yang di penjara pun tetap bisa tertawa terbahak- terbahak, orang miskin atau gelandangan yang di jalanan pun bisa tersenyum dan tertawa, namun kenikmatan sempurna yang diberikan oleh Allah adalah kecukupan. Jika ia membutuhkan suatu hajat maka dicukupi oleh Allah, apalagi yang ia butuhkan selain hajatnya?, kalau hajatnya dikabulkan dan diberi oleh Allah sebelum ia meminta, apalagi yang ia butuhkan selain terus mendekat kepada Allah?!, ini adalah balasan Allah untuk para pengikut sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Pada hakikatnya kekayaan dan kemiskinan bukanlah ukuran senang dan susah, bukanlah ukuran kenikmatan dan kesengsaraan, karena apa?, karena jika Allah subhanahu wata’ala mencabut kenikmatannya maka si pemilik harta itu akan merasa lebih susah dari orang yang miskin, banyak orang-orang yang kekayaannya dan hartanya berlimpah ruah tetapi ia sakit tidak bisa makan ini dan itu. Rumahnya, mobilnya, kantornya semua ber AC, tetapi ia tidak boleh menikmati makanan yang enak-enak, makan daging tidak boleh, makanan ini dan itu tidak boleh, makanan yang manis-manis tidak boleh, harus selalu makan yang pahit-pahit, maka ia akan iri dengan para petani atau para kuli, karena mereka sesukanya bisa makan nasi tiga kali sehari sebanyak-banyaknya dengan semua lauk yang di inginkan karena dia tidak sakit apa-apa, maka ia akan iri pada petani atau kuli itu dengan makanan-makanannya tetapi ia tidak boleh menyentuh dan memakannya karena takut gula darahnya akan naik, kolesterolnya naik dan lain sebagainya, ia seperti di penjara padahal ia dalam kekayaan, namun orang yang susah melihat orang kaya dengan pikirannya : “enak sekali ia tidak kepanasan di pagi, siang, sore atau malam, selalu sejuk dengan AC sedangkan kita selalu kepanasan, malam diserang nyamuk, siang diserang lalat terus kita dalam kesusahan ”, padahal kesemuanya dalam kesusahan jika tidak diberi kenikmatan oleh Allah, tetapi jika Allah memberi kenikmatan maka orang yang di penjara pun tetap bisa tertawa terbahak- terbahak, orang miskin atau gelandangan yang di jalanan pun bisa tersenyum dan tertawa, namun kenikmatan sempurna yang diberikan oleh Allah adalah kecukupan. Jika ia membutuhkan suatu hajat maka dicukupi oleh Allah, apalagi yang ia butuhkan selain hajatnya?, kalau hajatnya dikabulkan dan diberi oleh Allah sebelum ia meminta, apalagi yang ia butuhkan selain terus mendekat kepada Allah?!, ini adalah balasan Allah untuk para pengikut sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآَمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ
( محمد: 2 )
“ Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebajikan serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad, dia itulah kebenaran dari tuhan mereka, Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka ”. ( QS. Muhammad: 2 )
Mereka yang beriman dan beramal shalih dan mengikuti apa-apa yang dibawa oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana beliau adalah Al Haqq ( kebenaran ) dari tuhan mereka maka Allah akan menghapus dosa-dosa mereka dan Allah perbaiki keadaan mereka di dunia dan di akhiratnya. Jika masalah akhiratnya masih berantakan maka Allah yang memperbaiki, nafkahnya masih berantakan maka Allah yang akan memperbaiki, masalah keluarganya berantakan maka Allah yang memperbaiki, usahanya berantakan Allah yang akan memperbaiki, jasadnya berantakan Allah yang memperbaiki, wafatnya Allah pula yang mengurusnya, ruhnya Allah juga yang mengurusnya, dan surganya Allah pula yang menyiapkannya, demikian keadaan para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah menjadikan aku dan kalian ada diantara mereka, dipelihara dengan seindah-indah bimbingan Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits yang mulia ini, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikatakan oleh sayyidina Abdullah bin Umar bahwa ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengimami shalat isya’ dan itu adalah shalat Rasulullah yang terakhir sebelum wafatnya beliau, setelah itu beliau tidak lagi mengimami shalat karena terus sakit dan akhirnya wafat. Setelah beliau mengimami shalat maka beliau berdiri dan menoleh kepada jama’ah seraya bersabda: “ sungguh seratus tahun yang akan datang tidak ada lagi yang tersisa di muka bumi ini ”, maksudnya yang hidup di masa itu, 14 abad yang silam ketika beliau mengatakan hal itu beliau sudah melihat usia semua penduduk yang ada di daratan permukaan bumi dan tidak satu pun yang akan hidup lebih dari 100 tahun mulai dari beliau mengucapkan bahwa semua penduduk bumi yang ada pada saat itu akan wafat 100 tahun kemudian. Dijelasakan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam kitabnya Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari, menukil dari syarah Al Imam An Nawawy bahwa yang dimaksud adalah di masa itu ketika beliau mengucapkan 100 tahun kemudian tidak ada lagi yang tersisa hidup dari yang hidup di saat itu, tapi setelah beliau berucap, dan barangkali ada yang lahir, maka bisa saja usianya melebihi dari 100 tahun, tetapi mereka yang ada di saat nabi berucap , maka mulai dari bayi hingga orang yang paling tua tidak ada yang akan hidup melebihi 100 tahun, hadits ini mengandung hikmah yang sangat dalam, diantaranya banyak hal-hal ghaib yang diperlihatkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan beliau melihat usia seluruh penduduk di daratan permukaan bumi akan berakhir berapa usia mereka. Demikian Allah subhanahu wata’ala singkapkan tabir-tabir rahasia yang tidak diketahui oleh makhluk tetapi diketahui oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Yang kedua adalah kita renungkan bagaimana luasnya pemikiran Rasulullah saw bisa menguasai dan mengetahui seluruh usia penduduk bumi akan berakhir sebelum 100 tahun dari ucapan beliau. Dan salah satu hikmah yang perlu kita renungkan juga, barangkali di majelis ini juga hanya tersisa satu atau dua orang saja yang akan berusia sampai 100 tahun lagi, dan sisanya mungkin sudah tiada lagi, sebagian besar barangkali sudah dikubur dalam makamnya, semoga kita semua dalam husnul khatimah.
Sampailah kita pada hadits yang mulia ini, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikatakan oleh sayyidina Abdullah bin Umar bahwa ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengimami shalat isya’ dan itu adalah shalat Rasulullah yang terakhir sebelum wafatnya beliau, setelah itu beliau tidak lagi mengimami shalat karena terus sakit dan akhirnya wafat. Setelah beliau mengimami shalat maka beliau berdiri dan menoleh kepada jama’ah seraya bersabda: “ sungguh seratus tahun yang akan datang tidak ada lagi yang tersisa di muka bumi ini ”, maksudnya yang hidup di masa itu, 14 abad yang silam ketika beliau mengatakan hal itu beliau sudah melihat usia semua penduduk yang ada di daratan permukaan bumi dan tidak satu pun yang akan hidup lebih dari 100 tahun mulai dari beliau mengucapkan bahwa semua penduduk bumi yang ada pada saat itu akan wafat 100 tahun kemudian. Dijelasakan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam kitabnya Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari, menukil dari syarah Al Imam An Nawawy bahwa yang dimaksud adalah di masa itu ketika beliau mengucapkan 100 tahun kemudian tidak ada lagi yang tersisa hidup dari yang hidup di saat itu, tapi setelah beliau berucap, dan barangkali ada yang lahir, maka bisa saja usianya melebihi dari 100 tahun, tetapi mereka yang ada di saat nabi berucap , maka mulai dari bayi hingga orang yang paling tua tidak ada yang akan hidup melebihi 100 tahun, hadits ini mengandung hikmah yang sangat dalam, diantaranya banyak hal-hal ghaib yang diperlihatkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan beliau melihat usia seluruh penduduk di daratan permukaan bumi akan berakhir berapa usia mereka. Demikian Allah subhanahu wata’ala singkapkan tabir-tabir rahasia yang tidak diketahui oleh makhluk tetapi diketahui oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Yang kedua adalah kita renungkan bagaimana luasnya pemikiran Rasulullah saw bisa menguasai dan mengetahui seluruh usia penduduk bumi akan berakhir sebelum 100 tahun dari ucapan beliau. Dan salah satu hikmah yang perlu kita renungkan juga, barangkali di majelis ini juga hanya tersisa satu atau dua orang saja yang akan berusia sampai 100 tahun lagi, dan sisanya mungkin sudah tiada lagi, sebagian besar barangkali sudah dikubur dalam makamnya, semoga kita semua dalam husnul khatimah.
Kita yang berkumpul di malam hari ini mudah-mudahan selalu berkumpul bersama dengan Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam di alam barzakh. Acara ini juga disiarkan secara langsung di www.majelisrasulullah.org, seluruh dunia bisa melihatnya. Semoga yang menyaksikan dari kejauhan menonton juga dilimpahi keberkahan oleh Allah, amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Ketahuilah bahwa dosa dan kesalahan sesungguhnya ada pada manusia, dan syaitan adalah hamba yang sangat takut kepada Allah, syaitan tidak pernah berbuat dosa, maksudnya kesalahannya adalah iblis, dan perbuatan dosa syaitan adalah menggoda, syaitan tidak berbuat dosa (berbeda dg Iblis pimpinan mereka yg menolak perintah Allah swt). Para Syaitan tidak minum arak tetapi dia hanya menggoda orang untuk meminumnya, syaitan tidak berzina tetapi menggoda manusia untuk berzina, dan syaitan tidak berjudi tetapi menggoda manusia untuk berjudi, demikian perbuatan syaitan. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Ketahuilah bahwa dosa dan kesalahan sesungguhnya ada pada manusia, dan syaitan adalah hamba yang sangat takut kepada Allah, syaitan tidak pernah berbuat dosa, maksudnya kesalahannya adalah iblis, dan perbuatan dosa syaitan adalah menggoda, syaitan tidak berbuat dosa (berbeda dg Iblis pimpinan mereka yg menolak perintah Allah swt). Para Syaitan tidak minum arak tetapi dia hanya menggoda orang untuk meminumnya, syaitan tidak berzina tetapi menggoda manusia untuk berzina, dan syaitan tidak berjudi tetapi menggoda manusia untuk berjudi, demikian perbuatan syaitan. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
( الحشر: 16 )
“ (bujukan orang-orang munafik itu) seperti (bujukan) setan ketika ia berkata kepada manusia, “ membangkanglah kamu! ”, kemudian ketika manusia itu menjadi kufur ia berkata, “ sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, tuhan semesta alam ”. ( QS. Al Hasyr: 16 )
Dan jika orang itu telah kufur dan berpaling dari agama Allah dan kelak ketika bertemu di hari kiamat, maka syaitan itu berkata : “ aku berlepas diri darimu, aku takut kepada Allah ”. Syaitan takut kepada Allah, kesalahannya hanya menggoda, namun Allah jadikan syaitan itu bersama dengan yang digodanya, demikian pula makhluk yang mengajak kepada kebaikan maka Allah jadikan dia bersama dengan orang yang diajaknya dan yang mengikutinya, dan orang yang mengajak kepada kejahatan, akan bersama dengan orang-orang yang diajaknya, dan semoga kita termasuk orang-orang yang terajak oleh tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan bersama nabi Muhammad bukan bersama syaitan.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sisakan hari-hari kita di dalam keluhuran, sisakan hari-hari kita dalam rindu kepada Allah subhanahu wata’ala. Kita telah dengar Allah subhanahu wata’ala begitu dahsyat kewibawaannya dan tabir yang menutup antara makhluk dengan khaliq adalah hijab jasadiah, tetapi kalau sanubari, sungguh sanubari itu bisa melihat atau merasa dilihat Allah subhanahu wata’ala, karena dikatakan oleh hujjatul islam wabarakatul anam Al Imam An Nawawy AR di dalam syarah nawawiyah ‘ala Shahih Muslim, bahwa bukanlah hal yang mustahil seseorang di dunia melihat Allah, namun tentunya dengan perasaan dan hatinya bukan dengan matanya.
Sisakan hari-hari kita di dalam keluhuran, sisakan hari-hari kita dalam rindu kepada Allah subhanahu wata’ala. Kita telah dengar Allah subhanahu wata’ala begitu dahsyat kewibawaannya dan tabir yang menutup antara makhluk dengan khaliq adalah hijab jasadiah, tetapi kalau sanubari, sungguh sanubari itu bisa melihat atau merasa dilihat Allah subhanahu wata’ala, karena dikatakan oleh hujjatul islam wabarakatul anam Al Imam An Nawawy AR di dalam syarah nawawiyah ‘ala Shahih Muslim, bahwa bukanlah hal yang mustahil seseorang di dunia melihat Allah, namun tentunya dengan perasaan dan hatinya bukan dengan matanya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Ketika ditanyakan kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra : “ Wahai Ali, apakah engkau telah melihat Allah?, sampaikah derajatmu untuk melihat Allah? ”, maka sayyidina Ali menjawab: “ bagaimana aku beriman kepada yang tidak aku lihat, aku sudah melihat Allah ”, bagaimana engkau melihatNya?, sayyidina Ali berkata: “ Aku melihatNya dengan sanubari dan kekuatan iman ”, karena Rasul telah bersabda:
Ketika ditanyakan kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra : “ Wahai Ali, apakah engkau telah melihat Allah?, sampaikah derajatmu untuk melihat Allah? ”, maka sayyidina Ali menjawab: “ bagaimana aku beriman kepada yang tidak aku lihat, aku sudah melihat Allah ”, bagaimana engkau melihatNya?, sayyidina Ali berkata: “ Aku melihatNya dengan sanubari dan kekuatan iman ”, karena Rasul telah bersabda:
اَلْإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإنَّهُ يَرَاكَ
“ Ihsan adalah menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatNya maka sungguh Allah melihamu ”
Ingat Allah tidak sama dengan segala sesuatu, jika muncul hayalan dalam perasaan kita tentang bentuk-bentuk Allah, sungguh hal itu adalah bisikan syaitan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari, ketika syaitan berkata : “ ini ciptaan siapa, itu ciptaan siapa, maka hati kita akan terus menjwab: “ Allah, Allah, Allah ”, lalu syaitan akan berkata: “ Lalu siapa yang menciptakan Allah?”, maka Rasul bersabda : “ jika kalian sampai pada hal itu maka berlindunglah kepada Allah karena hal itu sudah berada di jurang kekufuran ”.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Hati-hati dengan lintasan perasaan keraguan dengan Allah, karena itu adalah bisikan syaitan. Allah itu ada sebelum segala sesuatu ada, pertanyaan yang akan muncul sejak kapan Allah itu ada? Sudah sejak ribuan tahun alam semesta ada, maka sejak kapan Allah ada? Apakah ada begitu saja?. Maka jawabannya adalah Allah itu ada sebelum kalimat “kapan” itu ada. Kalimat “kapan” belum ada, Allah subhanahu wata’ala sudah ada. Jadi Allah tidak bisa diikat dengan kalimat “kapan”, karena kalimat “kapan” yang ditanyakan adalah waktu, sedangkan Allah lah yang menciptakan waktu dan menciptakan kalimat “kapan” itu. Demikianlah Allah subhanahu wata’ala yang maha luhur, membukakan bagi kita rahasia keluhuran setiap waktu dan saat.
Hati-hati dengan lintasan perasaan keraguan dengan Allah, karena itu adalah bisikan syaitan. Allah itu ada sebelum segala sesuatu ada, pertanyaan yang akan muncul sejak kapan Allah itu ada? Sudah sejak ribuan tahun alam semesta ada, maka sejak kapan Allah ada? Apakah ada begitu saja?. Maka jawabannya adalah Allah itu ada sebelum kalimat “kapan” itu ada. Kalimat “kapan” belum ada, Allah subhanahu wata’ala sudah ada. Jadi Allah tidak bisa diikat dengan kalimat “kapan”, karena kalimat “kapan” yang ditanyakan adalah waktu, sedangkan Allah lah yang menciptakan waktu dan menciptakan kalimat “kapan” itu. Demikianlah Allah subhanahu wata’ala yang maha luhur, membukakan bagi kita rahasia keluhuran setiap waktu dan saat.
Muncul pertanyaan kepada saya tentang foto-foto wali Allah bagaiamana hukumnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari : “ Wahai Umar, apabila syaitan berjalan dan berhadapan denganmu maka syaitan akan menghindar darimu dan mencari jalan lain ”, diperkuat dengan riwayat lain bahwa syaitan itu lari ketika melihat bayangan sayyidina Umar ra. Dijelaskan oleh hujjatul islam wabarakatul anam Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa tidak hanya sayyidina Umar yang mencapai derajat ini, tapi banyak dari para sahabat, para tabi’in dan para imam-imam dan shalihin setelahnya yang mencapai derajat ditakuti oleh syaitan, berlandaskan firman Allah:
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ
( الحجر:42 )
“ Sesungguhnya kamu (iblis) tidak mampu berkuasa atas hamba-hambaKu, kecuali mereka yang mengikutimu yaitu orang-orang yang sesat ”. ( QS.Al Hijr: 42 )
Ini menunjukkan bahwa tidak hanya sayyidina Umar yang ditakuti oleh syaitan, tetapi hamba-hamba Allah yang shalih pun tidak bisa terkecohkan oleh syaitan, dan juga berdasarkan sabda Rasulullah kepada para sahabat riwayat Imam Al Bukhari di dalam kitabnya Adab Al Mufrad : “ Maukah kalian kukabarkan tentang orang-orang yang terbaik diantara kalian?”, maka para sahabat menjawab: “ betul wahai Rasulullah, saya ingin mendengar siapa orang-orang yang terbaik diantara kami ”, Rasulullah menjawab: “ mereka adalah orang-orang yang ketika kalian memandangnya maka kalian akan mengingat Allah, membuat kalian ingin dekat kepada Allah, membuat kalian malu kepada Allah, membuat kalian enggan berbuat dosa ”. Wajah-wajah yang seperti itulah wajah yang terbaik diantara kalian.
Hadirin hadirat, lalu bagaimana dengan foto-foto para shalihin?, segala sesuatu yang bisa membuat kita semakin dekat dan ingat kepada Allah maka hal itu baik dipandang. Bagaimana dengan Ka’bah manakah yang lebih afdhal, bangunan batu atau wajah seorang shalih? Tentunya wajah orang yang shalih lebih afdhal. Sebagaimana hajar al aswad yang mana sayyidina Umar bin Khattab berkata:
إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
“ Sesungguhnya aku mengetahui kau adalah batu yang tidak memberi bahaya dan manfaat, kalau bukan karena aku melihat Rasulullah menciummu, niscaya aku tidak menciummu ”(Shahih Bukhari)
Berbeda dengan orang-orang shalih karena Allah turunkan malaikat dengan keberadaan mereka, dimanapun mereka berada maka Allah turunkan malaikat disana. Hadirin hadirat, boleh dibuktikan orang-orang yang asyik hadir di maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan bersih dari makanan yang syubhat maka mereka tidak akan melihat jin atau syaitan yang menakutkan, bukan mereka tidak melihat tetapi jin atau syaitan tidak berani memperlihatkan dirinya kepada mereka karena mereka diikuti para malaikat, tetapi orang-orang yang terus makan makanan haram, jarang hadir maulid nabi, jarang berdzikir, jarang shalat, maka jin dan syaitan akan terus menampakkan dirinya dengan bentuk yang berbeda-beda, mungkin berambut panjang, dengan rupa nenek-nenek atau kakek-kakek atau dengan rupa bayi dan lain sebgainya agar manusia takut, tetapi jika ia adalah orang yang beriman dan mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, cahaya para malaikat muqarrabin mengelilinginya, maka jin atau syaitan tidak berani mendekat atau menampakkan dirinya.
Hadirin hadirat, sampaikanlah dirimu pada derajat itu, maka engkau akan tenang dari semua gangguan, di saat seorang hamba berdzikir mengingat Allah maka Allah jaga dia dari segala sesuatu.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Betapa mulianya orang-orang yang merindukan Allah, oleh sebab itu wajah-wajah mereka dipajang. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam kitabnya Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari mencantumkan satu riwayat yang tsiqah bahwa salah satu istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika didatangi oleh salah seorang sahabat dan berkata: “ wahai ummul mu’minin, aku belum sempat memandang wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena ketika itu aku masih kecil, maka gambarkanlah kepadaku seperti apa wajah beliau ”, berkatalah ummul mu’minin Ra: “ apakah engkau ingin melihat wajah Rasulullah?”, sahabat itu berkata: “iya, wahai ummul mu’minin”, maka ummul mu’minin mengeluarkan sebuah cermin kecil dan di cermin itu tergambarkan wajah wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Cermin itu ketika dipakai bercermin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka cermin itu tidak mau lahi memunculkan wajah yang lainnya kecuali wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka cermin itu tidak mau menangkap pemandangan yang lain selain wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ummul mu’minin berkata: “ Jika aku merindukan Rasulullah maka aku buka cermin ini dan aku melihat wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ”. Kita tidak bisa melihat wajah Rasulullah, maka dipajanglah wajah-wajah orang yang dicintai oleh Rasulullah dari para shalihin dan para awliyaa’, karena hal itu akan mengingatkan kita kepada Allah, bukan membuat kita musyrik justru membuat kita semakin taat, hanya saja syaitan tidak suka karena syaitan terbakar jika melihat wajah-wajah mereka. Maka syaitan berkata singkirkan foto-fotonya karena hal itu musyrik, kalau foto artis dipajang di rumah tidak apa-apa, atau foto gedung-gedung yang mengingatkan kepada hal-hal keduniawian dipajang di rumah tidak apa-apa, tapi kalau foto orang shalih maka musyrik..!, hal yang seperti ini ajaran seorang muslim atau ajaran syaitan?!. Hadirin hadirat, ada logika yang menjelaskannya. saya tidak berpanjang lebar menjelasakan.
Betapa mulianya orang-orang yang merindukan Allah, oleh sebab itu wajah-wajah mereka dipajang. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam kitabnya Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari mencantumkan satu riwayat yang tsiqah bahwa salah satu istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika didatangi oleh salah seorang sahabat dan berkata: “ wahai ummul mu’minin, aku belum sempat memandang wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena ketika itu aku masih kecil, maka gambarkanlah kepadaku seperti apa wajah beliau ”, berkatalah ummul mu’minin Ra: “ apakah engkau ingin melihat wajah Rasulullah?”, sahabat itu berkata: “iya, wahai ummul mu’minin”, maka ummul mu’minin mengeluarkan sebuah cermin kecil dan di cermin itu tergambarkan wajah wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Cermin itu ketika dipakai bercermin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka cermin itu tidak mau lahi memunculkan wajah yang lainnya kecuali wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka cermin itu tidak mau menangkap pemandangan yang lain selain wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ummul mu’minin berkata: “ Jika aku merindukan Rasulullah maka aku buka cermin ini dan aku melihat wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ”. Kita tidak bisa melihat wajah Rasulullah, maka dipajanglah wajah-wajah orang yang dicintai oleh Rasulullah dari para shalihin dan para awliyaa’, karena hal itu akan mengingatkan kita kepada Allah, bukan membuat kita musyrik justru membuat kita semakin taat, hanya saja syaitan tidak suka karena syaitan terbakar jika melihat wajah-wajah mereka. Maka syaitan berkata singkirkan foto-fotonya karena hal itu musyrik, kalau foto artis dipajang di rumah tidak apa-apa, atau foto gedung-gedung yang mengingatkan kepada hal-hal keduniawian dipajang di rumah tidak apa-apa, tapi kalau foto orang shalih maka musyrik..!, hal yang seperti ini ajaran seorang muslim atau ajaran syaitan?!. Hadirin hadirat, ada logika yang menjelaskannya. saya tidak berpanjang lebar menjelasakan.
Kita bermunjat semoga Allah memuliakan kita dalam keluhuran, semoga Allah subhanahu wata’ala terus memberikan keindahan dzatnya kepada sanubari kita sehingga kita selalu merasa dekat kepada Allah. Rabbi, singkapkan 70.000 tabir yang menutup antara kami dan diriMu, bukakan seluruh tabir itu untuk sanubari kami sehingga kami selalu asyik dan rindu padaMu , kami mendengar dari sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “ Barangsiapa yang rindu berjumpa dengan Allah, maka Allah pun rindu berjumpa dengannya ”. Dan kami mendengar sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Engkau berfirman dalam hadits qudsy riwayat Shahih Al Bukhari :
مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ مَنْ كَرِهَ لِقَائِيْ كَرِهْتُ لِقَاءَهُ
“ Barangsiapa yang ingin perjumpaan denganKu maka Aku pun rindu berjumpa dengannya, barangsiapa yang benci untuk berjumpa denganKu Akupun benci berjumpa dengannya ”.
Pastikan kami adalah orang yang selalu rindu berjumpa denganMu wahai Rabbi, munculkan kerinduan di dalam sanubari kami untuk berjumpa denganMu wahai Rabbi. Wahai Yang Maha Indah, wahai yang maha melimpahkan anugerah, wahai yang maha menyiapkan surga terindah bagi hamba-hamba yang merindukanMu, dari cahaya kerinduan yang terbit dari jiwa kami Engkau munculkan keberkahan dan kemudahan di dunia dan akhirah, pengabulan hajat dunia dan akhirah...
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Hadirin hadirat, tidak lupa kita terus berdoa untuk kesuksesan acara agung kita pada tanggal 17 Juni bersama guru mulia kita Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafizh, semoga acara ini sukses dengan gemuruhnya dzikrullah memanggil nama Allah, doa dan munajat dengan itu terangkat segala kesulitan kita dan segala musibah terjauhkan dari kita dan dari kota Jakarta, dan seluruh wilayah di barat dan timur dengan berkumpulnya sebanyak-banyaknya muslimin untuk berdoa bersama di Majelis Rasulullah.
Hadirin hadirat, saya mohon yang tidak ada udzur jangan berdiri dulu sampai acara selesai, karena malaikat belum kemana-mana masih di tempat ini, tetapi bagi yang ada udzur tidak ada larangannya. Kita teruskan dengan mendengarkan qasidah Ya Arhamar Rahimin dari guru kita Fadhilah As Sayyid Ibrahim Aidid diiringi hadrah, kemudian kalimat talqin dan doa penutup oleh Al Habib Hud bin Baqir Al Atthas, falyatafaddhal.
0 komentar:
Posting Komentar